Published on

Orang yang Dijamin Surga Saja Takut, Bagaimana Kita?

Authors
Ustadz Johan Saputra Halim M.H.I.,
ditulis oleh Imamuzzaki Abu Salam
dengan beberapa perubahan dan penyesuaian
untuk mengisi kultum bakda tarawih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jama'ah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala, Ada satu sifat yang kita harus belajar dari para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, terkait sikap terhadap amal soleh yang sudah kita lakukan. Yaitu, Umar ibnul Khattab, siapa yang tidak kenal beliau? Seorang yang zuhud, seorang yang berilmu, sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang paling mulia setelah Abu Bakar As-Siddiq, dan dijamin surga.

Bahkan beliau mendapatkan derajat syuhada', dan dipersaksikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau salah seorang diantara syuhada', bahkan beliau sendiri pernah minta berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar dia mati syahid dan diwafatkan di kota nabi, di Madinah. Dan do'a beliau terkabul, kita tahu beliau meninggal karena dibunuh, oleh Abu Lu'lu'ah al-Majusi, ketika beliau memimpin shalat subuh berjamaah, betapa indah kematian beliau.

Kendati demikian, di akhir hayat beliau, ketika beliau mendapatkan banyak pujian terkait kesuksesan beliau dalam memimpin, keadilan beliau dalam memerintah, justru beliau mengatakan, "Sungguh yang aku harapkan tidak muluk-muluk, aku hanya berharap selamat andaikata amal sholehku itu impas dengan kesalahan-kesalahanku, maka itu sudah cukup, yang penting aku selamat",

Karena kita tahu pada akhirnya Allah subhanahu wa ta'ala merahmati orang-orang yang berada di a'raf dan memasukkan mereka kedalam surga, padahal mereka adalah orang-orang yang antara berat amalan kebaikan dan keburukannya itu impas. Begitu tawadhu'nya Umar bin Khattab, beliau mengatakan kalimat tersebut, "Andai kata saya bisa selamat saja, sekalipun dengan amal kebaikan saya yang impas dengan amal keburukan saya maka itu sudah cukup, yang penting selamat", ini sungguh luar biasa. Dari perkataan beliau ini, kita tahu bahwa beliau tidak berekspektasi tinggi, namun seperti yang kita tahu, beliau selalu berusaha memberikan semaksimal mungkin, semampu beliau dalam beribadah. Dan beliau masih tidak pede dengan hasil amal ibadah beliau sendiri.

Padahal beliau sudah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Abu bakar fil jannah, Umar fil jannah, utsman fil jannah, ali fil jannah". Abu bakar di surga, Umar juga di surga, Utsman di surga, Ali di surga. Beliau merupakan salah satu seorang yang dijamin surga. Tapi tidak pede terkait amal yang telah dia lakukan dan sumbangsih besar yang telah dia berikan untuk umat.

Oleh karena itu, para ulama salaf terdahulu begitu semangat untuk menyempurnakan amalan mereka, kemudian mereka berharap-harap agar amalan tersebut diterima oleh Allah dan khawatir jika tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah, "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut." (QS. Al Mu'minun: 60)

'Aisyah mengatakan,

"Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dalam ayat "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut", adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khamr?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas menjawab, "Wahai putri Ash Shiddiq! Yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya masih tidak diterima."

Maka, kita jangan pernah merasa pede dengan amal yang telah kita lakukan, jangan silau memandang diri kita, apalagi sampai sombong, menganggap orang lain itu lebih rendah kedudukannya di sisi Allah daripada kita. Menganggap kita lebih suci daripada saudara kita yang lain, Naudzubillah.

Oleh karena itu, solusi dari masalah ini, agar kita terjauh dari rasa pede terhadap hasil amal kita, agar kita selalu berusaha melindungi diri kita dan saudara kita dari api Neraka, maka berkumpullah dengan orang-orang yang lebih baik daripada kita. Dengan begitu, tidak masuk akal bila kita masih merasa pede dengan kapasitas amal ibadah kita. Sebagaimana para sahabat, yang berkumpulnya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sebagaimana jama'ah yang masih berkumpul dan menahan tidur untuk membaca Al-Qur'an di malam Ramadhan ini.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala mengampuni kita semua, Wa akhiru da'wana anil hamdulillahi rabbil alamin,

Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.