Published on

Dekatnya Kita dengan Hari Kiamat - Ustadz Johan Saputra Halim, M.H.I. - Ceramah Singkat

Authors

Assalammuwalahi alaikum,

Ini adalah silsilah perjalanan setelah kematian,

saudaraku yang dirahmati Allah,

Anas bin Malik radhiallahu ta'ala anhu,sahabat rasulullah yang mulia,

dikisahkan dalam sahih bukhari dan sahuh muslim.

Seorang pendatang dari arab badui mendatangi rasulullah lalu berkata, "Wahai rasulullah, kapan hari kiamat itu terjadi?", dijawab "Celaka engkau, apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambut hari kiamat tersebut", "tidak ada yang aku persiapkan melainkan kecintaanku pada Allah dan rasul-Nya", "Jika kecintaanmu itu jujur, engkau akan bersama orang-orang yang engkau cintai"

Kemudian Anas bin Malik menceritakan, "Kemudian kami bertanya pada Rasulullah, kami juga bisa seperti itu ya rasulullah?", maka rasulullah bersabda, "Tentu bisa,", "Maka pada hari itu kami sangat bahagia sekali",

"Saat itu pula ada seorang anak kecil melintas diahadapan nabi dan para sahabat, dan anas bin malik yang ketika itu masih kecil", Rasul pun bersabda "Kalau anak kecil ini berumur panjang, maka dia tidak akan mencapai usia tua sampai kalian semua diwafatkan oleh Allah tabaraka wa ta'ala",

Disini ada pelajaran yang berharga, kita tidak perlu menunggu kiamat kubra, karena itu tidak akan datang jika kita masih di muka bumi ini. Tidak akan dialami orang-orang yang bertauhid berdasarkan hadits-haits yang sahih, namun yang perlu kita pedulikan adalah hari kiamat masing-masing.

Sudhakah kita menyiapkan diri untuk kiamat kita tersebut? Yang lebih penting adalah amal sholeh kita untuk bertemu dengan hari kiamat kita masing-masing. Kenapa? Karena jika berbicara relatifnya waktu dan usia, sungguh kiamat itu sebentar lagi, sangat dekat.

Ikhwati fillah, betapa dekat akhirat kita masing-masing, kita sangat dekat dengan hari akhirat, hari yang tidak ada hari seteah itu.

Entah kita di Surga Allah, atau Neraka Allah. Yang membatasinya hanya kematian, betapa dekatnya. Setelah kematian itu datang, kita akan masuk ke dalam alam barzakh kemudian hari akhirat. Karena hari akhirat kita itu sangat dekat, hanya terpisah kematian. Maka kita harus memberikan fokus yang luar biasa akan masa depan kita kelak. Dan itu ditentukan oleh amal sholeh kita, seberapa banyak amal sholeh yang sudah kita kumpulkan untuk bekal.

"Hanya kepada Allah kita mengeluhkan betapa kerasnya hati kita, padahal setiap hari kita mendengar berita berita kematian, setiap hari kita mendengar ada info kerabat kita atau saudara kita sesama mukmin, pada hakikatnya itu adalah pemberi peringatan, bahwa sejenak lagi kita akan mengalami hal yang sama, namun sangking kerasnya hati kita hingga kita biasa biasa saja"

Sehingga para salaf dulu mengatakan, "Aku tidak pernah melihat sesuatu yang sangat pasti melebihi kepastian kematian, namun itu menjadi sesuatu yang meragukan seolah-olah tidak pernah terjadi"

Maksudnya, kita sangat meyakini kematian itu pasti akan terjadi, pasti akan menghampiri kita, namun amal perbuatan kita, seolah-olah berkata sebaliknya, seolah-olah tidaka akan datang, buktinya kita tidak memeprsiapkan diri, buktinya perbuatan kita merasa kita masih akan hidup besok, sehingga kita tidak menyiapkan diri.

Inilah seolah keyakinan kita dan perbuatan kita bertolak belakang. Naudzubillah, ini tanda kerasnya hati kita.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala melembutkan hati kita.

Demikian,

Wassalammu'alaikumwarahamtullahi wabarkatuh.