Published on

Berjuang Melawan Hawa Nafsu - Ustadz Johan Saputra Halim, M.H.I. - Ceramah Singkat

Authors

Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

masih bersama kita,

Imam al-Ajuri masih menjelaskan adab dan akhlak mulia yang harus dimiliki seorang pengemban ilmu al-qu'an.

Seseorang harus mawas diri dari bahaya bisikan jiwanya, jangan sampai dia dikalahkan hawa nafsunya, jangan sampai dia mengikuti hawa nafsunya, yang mengundang kemurkaan Allah tabaraka wa ta'ala.

Disini seseorang dituntut bermujahadah, berjuang, itu adalah amal tersendiri di sisi Allah tabaraka wa ta'ala, orang orang yang berjuang di jalan kami, kami akan memberikan dia petunjuk pada jalan-jalan kami, Allah menjanjikan itu, jika kita menunjukkan ketulusan kita, keseriusan kita, yang dibuktikan dengan perjuangan, untuk mengalahkan hawa nafsu kita.

Seorang pengemban al-quran dia tidak pernah menggibahi seorangpun, tidak meremehkan seorangpun, apalagi mencelanya. Tidak sama sekali. Dia tidak gembira dengan musibah yang menimpa saudaranya, dan dia tidak pernah ingin berbuat dzalim kepada orang lain. Dan juga tidak hasad pada saudaranya. Hasad dalam artian dia benci ketika saudaranya mendapat nikmat, atau nikmat saudaranya hilang, atau yang paling buruk dia berusaha dengan tindakan untuk menghilangkan nikmat yang didapat saudaranya. Ini paling buruk kata ulama dari jenis hasad.

Dia pun tidak pernah berburuk sangka kepada saudara muslimnya, kecuali pada orang yang layak diberi persangkaan yang buruk. Karena terus menerus diatas kemaksiatan. Ini diantara akhlak yang disebutkan oleh Imam Al-Ajuri, yang perlu kita garis bawahi, dia tidak pernah berbuat ghibah. Tidak pernah menggunjing saudaranya. Sekalipun pembicaraan itu benar ada, jika tidak ada maka itu fitnah. Tentu dosanya lebih besar. Kemudia dia juga tidak pernha menyimpan hasad di dalam hatinya. -Ini patut kita perhatikan- Jangankan dia berprasangka buruk pada sesama muslim, kita selayaknya berprasangka buruk. Kecuali bagi orang yang layak yang menampakkan kemaksiatan, namun hukum asalnya berprasangka baik.

Wahai orang beriman, jauhilah prasangka karena sebagian prasangka itu dosa

Jika kita memiliki celah untuk prasangka baik, jangan berprasangka buruk. Boleh jadi dia tidak menghadiri sholat karena sedang sakit atau sebagainya. Ini diantara prasangka baik, jangan kita mengedepankan prasangka buruk.

Sekali lagi, kedepankan berbaik sangka, justru ini ketenangan bagi hati kita. Karena prasangka baik ini salah satu kunci untuk menghilangkan rasa hasad.

Semoga allah memberikan taufiq,

Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.